Senin, 16 Juni 2025

Quarantine Island

 



Di alam ini dan ketika menjelma dalam sebuah imaji, menemukan ruang dalam fantasi ketakutan akan kematian,..

Dan Di sini aku menemukan keajaiban dalam legenda tanah Nusantara  tentang mitos kejayaan.

..Pulau ini menjadi taman berjuta kisah tentang sebuah peradaban manusia.


Berdiri di antara Sukma  tegak dalam hantaman dan ancaman,

Kembara jiwa melepas pada Sang Kuasa Jagad Rara.

Disini jiwa menemukan segara di antara portal yang menjadi doa tolak bala. Dalam belantara berlayar Periuk bulan sabit....ombak rerumputan yang tampak tak lagi mendayung hingga mengantar hidup yang tak  berhujung. 


"Quarantine Island"

90x90cm

Acrylic on canvas

2020

Private collection : ll ramo d'oro










Sabtu, 19 April 2025

Waiting For The Crowned Fish Moment" Acrylic on canvas 110x100cm 2024 "Menanti Momen Ikan Bermahkota: Sebuah Eksplorasi Makna" Karya seni seringkali menjadi jendela menuju pikiran dan jiwa seorang seniman. Lukisan berjudul "Waiting for the Crowned Fish Moment" karya widodo kabutdo adalah salah satu contoh karya yang mengundang kita untuk merenung dan menginterpretasikan makna yang terkandung di dalamnya. Melalui perpaduan elemen alam, simbolisme yang kaya, dan teknik yang unik, lukisan ini mengajak kita untuk menjelajahi kedalaman makna yang tersembunyi di balik setiap goresan kuas. Pada pandangan pertama, lukisan ini menghadirkan sebuah dunia yang surreal dan penuh misteri. Kombinasi antara elemen alam seperti pohon purba, tumbuhan air, dan makhluk hidup seperti ikan dan maklus seperti seekor tupai menciptakan suasana yang unik dan mengundang pertanyaan. Ikan bermahkota, sebagai pusat perhatian, menjadi simbol sentral yang menarik perhatian kita. Ikan Bermahkota: Simbol Kekuasaan dan Penantian Ikan bermahkota dalam lukisan ini adalah sosok yang mencolok. Mahkota yang dikenakannya melambangkan status, kekuasaan, atau bahkan pencapaian tertinggi. Namun, posisi ikan yang berada di dalam semacam sarang atau tempat berlindung menunjukkan bahwa ia sedang dalam proses penantian. Momen ketika ikan ini akan benar-benar mengenakan mahkota dan muncul ke permukaan menjadi pusat perhatian dalam lukisan ini. Refleksi Perjalanan Hidup Lingkungan sekitar ikan juga sarat dengan makna. Pohon-pohon purba yang kokoh melambangkan akar sejarah dan kekuatan alam. Bangunan-bangunan tua yang terlihat kumuh bisa menjadi simbol masa lalu yang kompleks dan penuh tantangan. Sementara itu, air yang mengelilingi ikan bisa melambangkan emosi, kedalaman, atau bahkan alam bawah sadar. Teknik melukis yang digunakan seniman, yaitu menggunakan air dan hot blower untuk menciptakan efek kayu purba, memberikan dimensi tambahan pada interpretasi lukisan. Teknik ini menciptakan kesan kuno, alami, dan penuh sejarah. Ini bisa dikaitkan dengan konsep waktu, asal-usul, dan siklus kehidupan. Lukisan ini menawarkan banyak kemungkinan interpretasi. Beberapa di antaranya adalah: * Metafora Kehidupan: Lukisan ini bisa menjadi metafora perjalanan hidup. Ikan bermahkota bisa melambangkan seseorang yang sedang mengejar tujuan atau impian. Lingkungan di sekitarnya bisa menjadi simbol tantangan atau rintangan yang harus dihadapi. * Kritik Sosial: Lukisan ini juga bisa menjadi kritik sosial. Bangunan-bangunan tua yang terlihat kumuh bisa menjadi simbol ketidakadilan atau sistem yang menindas. Ikan bermahkota bisa menjadi simbol perlawanan atau harapan akan perubahan. * Keajaiban Alam: Lukisan ini bisa sekadar representasi keindahan alam yang unik dan penuh misteri. Ikan bermahkota bisa menjadi makhluk mitos atau simbol dari kekuatan alam yang tidak dapat dipahami. "Waiting for the Crowned Fish Moment" adalah sebuah undangan bagi kita untuk merenung tentang makna kehidupan. Lukisan ini mengajak kita untuk: * Menghargai proses: Setiap tahapan dalam hidup, baik itu suka maupun duka, memiliki makna yang penting. * Menemukan kekuatan dalam diri: Setiap individu memiliki potensi untuk mencapai tujuannya, terlepas dari rintangan yang dihadapi. * Menghormati alam: Alam adalah sumber kehidupan dan inspirasi bagi manusia. Lukisan "Waiting for the Crowned Fish Moment" adalah sebuah karya yang kaya akan makna dan simbolisme. Melalui teknik yang unik dan komposisi yang menarik, seniman berhasil menciptakan sebuah dunia yang penuh keajaiban dan misteri. Lukisan ini mengajak kita untuk merenung tentang identitas, tujuan hidup, dan hubungan kita dengan alam semesta.

 



Waiting For The Crowned Fish Moment"

Acrylic on canvas 110x100cm

2024

"Menanti Momen Ikan Bermahkota: Sebuah Eksplorasi Makna"

Karya seni seringkali menjadi jendela menuju pikiran dan jiwa seorang seniman. Lukisan berjudul "Waiting for the Crowned Fish Moment" karya widodo kabutdo adalah salah satu contoh karya yang mengundang kita untuk merenung dan menginterpretasikan makna yang terkandung di dalamnya. Melalui perpaduan elemen alam, simbolisme yang kaya, dan teknik yang unik, lukisan ini mengajak kita untuk menjelajahi kedalaman makna yang tersembunyi di balik setiap goresan kuas.

Pada pandangan pertama, lukisan ini menghadirkan sebuah dunia yang surreal dan penuh misteri. Kombinasi antara elemen alam seperti pohon purba, tumbuhan air, dan makhluk hidup seperti ikan dan maklus seperti  seekor tupai menciptakan suasana yang unik dan mengundang pertanyaan. Ikan bermahkota, sebagai pusat perhatian, menjadi simbol sentral yang menarik perhatian kita.

Ikan Bermahkota: Simbol Kekuasaan dan Penantian

Ikan bermahkota dalam lukisan ini adalah sosok yang mencolok. Mahkota yang dikenakannya melambangkan status, kekuasaan, atau bahkan pencapaian tertinggi. Namun, posisi ikan yang berada di dalam semacam sarang atau tempat berlindung menunjukkan bahwa ia sedang dalam proses penantian. Momen ketika ikan ini akan benar-benar mengenakan mahkota dan muncul ke permukaan menjadi pusat perhatian dalam lukisan ini.

Refleksi Perjalanan Hidup

Lingkungan sekitar ikan juga sarat dengan makna. Pohon-pohon purba yang kokoh melambangkan akar sejarah dan kekuatan alam. Bangunan-bangunan tua yang terlihat kumuh bisa menjadi simbol masa lalu yang kompleks dan penuh tantangan. Sementara itu, air yang mengelilingi ikan bisa melambangkan emosi, kedalaman, atau bahkan alam bawah sadar.


Teknik melukis yang digunakan seniman, yaitu menggunakan air dan hot blower untuk menciptakan efek kayu purba, memberikan dimensi tambahan pada interpretasi lukisan. Teknik ini menciptakan kesan kuno, alami, dan penuh sejarah. Ini bisa dikaitkan dengan konsep waktu, asal-usul, dan siklus kehidupan.


Lukisan ini menawarkan banyak kemungkinan interpretasi. Beberapa di antaranya adalah:

 * Metafora Kehidupan: Lukisan ini bisa menjadi metafora perjalanan hidup. Ikan bermahkota bisa melambangkan seseorang yang sedang mengejar tujuan atau impian. Lingkungan di sekitarnya bisa menjadi simbol tantangan atau rintangan yang harus dihadapi.

 * Kritik Sosial: Lukisan ini juga bisa menjadi kritik sosial. Bangunan-bangunan tua yang terlihat kumuh bisa menjadi simbol ketidakadilan atau sistem yang menindas. Ikan bermahkota bisa menjadi simbol perlawanan atau harapan akan perubahan.

 * Keajaiban Alam: Lukisan ini bisa sekadar representasi keindahan alam yang unik dan penuh misteri. Ikan bermahkota bisa menjadi makhluk mitos atau simbol dari kekuatan alam yang tidak dapat dipahami.


"Waiting for the Crowned Fish Moment" adalah sebuah undangan bagi kita untuk merenung tentang makna kehidupan. Lukisan ini mengajak kita untuk:

 * Menghargai proses: Setiap tahapan dalam hidup, baik itu suka maupun duka, memiliki makna yang penting.

 * Menemukan kekuatan dalam diri: Setiap individu memiliki potensi untuk mencapai tujuannya, terlepas dari rintangan yang dihadapi.

 * Menghormati alam: Alam adalah sumber kehidupan dan inspirasi bagi manusia.

Lukisan "Waiting for the Crowned Fish Moment" adalah sebuah karya yang kaya akan makna dan simbolisme. Melalui teknik yang unik dan komposisi yang menarik, seniman berhasil menciptakan sebuah dunia yang penuh keajaiban dan misteri. Lukisan ini mengajak kita untuk merenung tentang identitas, tujuan hidup, dan hubungan kita dengan alam semesta.

Selasa, 29 Oktober 2024

Di Antara Dua Dunia karya widodo kabutdo


 Di Antara Dua Dunia: Sebuah Eksplorasi Identitas dalam Lukisan Widodo Kabutdo

Lukisan karya Widodo Kabutdo, dengan judul  "Di Antara Dua Dunia", mengajak kita menyelami kedalaman jiwa manusia melalui visual yang kaya simbolisme. Karya ini, yang digarap dengan teknik realis dan surealis, menyajikan sebuah narasi kompleks tentang identitas, pengucilan, dan pencarian makna hidup.

Dalam kanvasnya, Widodo Kabutdo menghadirkan perpaduan menarik antara elemen alam dan benda-benda modern. Pohon-pohon purba, perkampungan tradisional, dan makhluk-makhluk mitologis seperti buaya dan burung berdampingan dengan objek-objek kontemporer seperti prosotan dan balon. Kontras yang kuat ini menciptakan sebuah dunia yang penuh teka-teki, di mana masa lalu dan masa depan, alam dan budaya, saling berinteraksi.




 * Hutan sebagai Metafora: Hutan dalam lukisan ini melambangkan alam bawah sadar manusia, tempat di mana pikiran dan emosi yang paling dalam bersemayam. Ini adalah tempat di mana individu dapat menemukan identitas sejati mereka.

 * Buaya sebagai Simbol Kekuatan dan Perubahan: Buaya, dengan sifatnya yang kuat dan misterius, seringkali dikaitkan dengan kekuatan alam dan perubahan. Dalam lukisan ini, buaya melambangkan kekuatan lingkungan untuk membentuk dan mengubah individu.

 * Burung sebagai Simbol Kebebasan: Burung seringkali dikaitkan dengan kebebasan dan spiritualitas. Dalam konteks lukisan ini, burung mungkin melambangkan keinginan untuk melepaskan diri dari batasan dan menemukan identitas sejati.

 * Telur sebagai Simbol Kelahiran Kembali: Telur melambangkan potensi dan awal mula kehidupan baru. Dalam konteks lukisan ini, telur mungkin mewakili harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Konflik Identitas dan Pengucilan

Kisah anak yang dikucilkan menjadi benang merah dalam lukisan ini. Pengalaman pengucilan ini mendorong individu untuk mencari identitas yang unik dan berbeda. Hutan belantara dalam lukisan menjadi tempat pelarian bagi individu yang merasa tidak diterima di lingkungannya.

Benturan Masa Lalu dan Masa Kini

Lukisan ini juga menyoroti benturan antara tradisi dan modernitas. Elemen-elemen tradisional seperti pohon purba dan perkampungan primitif berhadapan dengan benda-benda modern seperti prosotan dan balon. Kontras ini menggambarkan kompleksitas pengalaman manusia dalam menghadapi perubahan zaman.

Pengaruh Budaya Lokal




Inspirasi dari cerita rakyat suku Kamoro memberikan dimensi tambahan pada lukisan ini. Cerita-cerita rakyat seringkali mengandung simbolisme yang mendalam dan relevan dengan pengalaman manusia universal. Dalam konteks lukisan ini, cerita rakyat suku Kamoro mungkin memberikan wawasan tentang bagaimana budaya dapat membentuk identitas individu.

Dengan menggunakan teknik surealis, Widodo Kabutdo menciptakan dunia yang penuh keajaiban dan misteri. Gaya surealis memungkinkan seniman untuk menggabungkan elemen realitas dan fantasi, serta mengeksplorasi alam bawah sadar. Melalui gaya ini, penonton diajak untuk berpartisipasi aktif dalam proses interpretasi dan menemukan makna pribadi dalam lukisan.

Lukisan ini mengajak kita untuk merenungkan tentang identitas, pengucilan, dan pencarian makna hidup. Pesan utama yang ingin disampaikan adalah pentingnya menghargai diri sendiri dan menemukan jati diri di tengah pengaruh lingkungan. Selain itu, lukisan ini juga menyoroti kekuatan alam dan lingkungan dalam membentuk kehidupan manusia.

"Di Antara Dua Dunia" adalah sebuah karya seni yang kaya akan makna dan simbolisme. Melalui eksplorasi yang mendalam tentang identitas, pengucilan, dan hubungan manusia dengan lingkungan, lukisan ini mengajak kita untuk merenungkan tentang perjalanan hidup kita sendiri. Karya ini juga menjadi bukti bahwa seni dapat menjadi sarana yang kuat untuk menyampaikan pesan yang kompleks dan universal

Senin, 21 Oktober 2024

Revolusi Evolusi

 


Judul: Revolusi Evolusi

Judul ini sangat menarik karena menyiratkan dua proses yang berlawanan namun saling melengkapi. Revolusi biasanya dikaitkan dengan perubahan yang cepat dan radikal, sementara evolusi merujuk pada perubahan yang lambat dan bertahap. Kontradiksi ini menciptakan semacam ketegangan yang menarik dan mengundang kita untuk berpikir lebih dalam. Dalam konteks karya seni ini, judul ini mengisyaratkan sebuah transformasi besar yang terjadi akibat perkembangan manusia, baik dari segi positif maupun negatif.

Media: Kantong Plastik Bekas

Penggunaan kantong plastik bekas sebagai media utama adalah sebuah pernyataan yang sangat kuat. Kantong plastik sering dianggap sebagai simbol konsumsi berlebihan dan masalah lingkungan. Dengan menggunakan bahan "sampah" ini, seniman ingin menyoroti paradoks modernitas: di satu sisi kita menciptakan inovasi teknologi yang luar biasa, di sisi lain kita menghasilkan begitu banyak limbah.

Gambar Tangan Mengepal

Gambar tangan yang mengepal di tengah karya ini adalah simbol kekuatan dan perlawanan. Ini bisa diartikan sebagai representasi dari semangat manusia untuk mempertahankan ide-ide dan prinsip-prinsipnya. Namun, tangan ini juga terlihat terkurung dalam lingkaran, yang mungkin melambangkan batasan-batasan atau tantangan yang dihadapi dalam perjuangan tersebut.

Warna dan Kontras

Penggunaan warna merah yang mencolok pada gambar tangan menciptakan kontras yang kuat dengan latar belakang putih. Merah sering dikaitkan dengan semangat, keberanian, dan bahkan bahaya. Kontras ini semakin menegaskan pesan tentang perjuangan dan perlawanan.

Konsep yang Ingin Disampaikan

Seniman melalui karya ini:

 * Evolusi Manusia dan Dampaknya: Karya ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana perkembangan manusia, yang sering disebut sebagai evolusi, telah membawa perubahan besar pada lingkungan dan kehidupan kita.

 * Perlawanan dan Adaptasi: Gambar tangan yang mengepal melambangkan semangat manusia untuk bertahan dan beradaptasi di tengah perubahan yang cepat.

 * Transformasi Sampah Menjadi Seni: Dengan mengubah kantong plastik menjadi karya seni, seniman menunjukkan bahwa bahkan benda-benda yang dianggap tidak berharga pun dapat diubah menjadi sesuatu yang indah dan bermakna.

 * Kritik Sosial: Karya ini juga merupakan kritik sosial terhadap konsumsi berlebihan dan masalah lingkungan. Seniman mengajak kita untuk lebih sadar akan dampak tindakan kita terhadap lingkungan.

 * Apresiasi Terhadap Benda Sederhana: Seniman ingin kita melihat lebih dalam pada benda-benda sehari-hari dan menemukan makna yang tersembunyi di dalamnya. Kantong plastik, yang sering dianggap sebagai sampah, dalam karya ini menjadi simbol dari sebuah peradaban dan sejarah.

Secara keseluruhan, karya ini dapat diartikan sebagai sebuah refleksi kritis terhadap kondisi manusia dan peradaban modern. Seniman mengajak kita untuk melihat lebih dalam pada benda-benda sehari-hari dan menemukan makna yang tersembunyi di dalamnya. Karya ini juga mendorong kita untuk lebih menghargai lingkungan dan mencari cara untuk hidup berkelanjutan.

Karya ini juga dapat diinterpretasikan sebagai sebuah panggilan untuk tindakan. Seniman tidak hanya ingin kita merenungkan masalah lingkungan, tetapi juga mengajak kita untuk mengambil tindakan nyata dalam mengatasi masalah tersebut.

Karya seni ini adalah sebuah karya yang kaya makna dan mengundang banyak interpretasi. Melalui penggunaan simbol-simbol yang kuat dan pemilihan media yang unik, seniman berhasil menyampaikan pesan yang kompleks tentang manusia, lingkungan, dan peradaban.


Jumat, 18 Oktober 2024

Ulterior





 Judul: "Ulterior" 

Inkon waste plastic.

mengindikasikan adanya motif tersembunyi atau makna di balik permukaan karya.

 * Media: Penggunaan limbah plastik menarik karena material ini sering diasosiasikan dengan masalah lingkungan dan konsumerisme.

 * Subjek: Otak, kepala, dan paru-paru adalah simbol-simbol universal yang kaya makna.

 * Tema: Perenungan mendalam tentang pemikiran manusia, peradaban, dan pencarian solusi.


 * Otak dengan Banyak Kepala: Mungkin melambangkan kompleksitas pikiran manusia, overload informasi, atau berbagai perspektif yang saling bertentangan.

 * Potongan-Potongan Kepala: Bisa jadi representasi dari fragmen-fragmen pengetahuan, ide-ide yang belum terhubung, atau bahkan kepribadian yang terpecah-pecah.

 * Paru-paru: Organ vital yang berkaitan dengan kehidupan dan pernapasan, mungkin melambangkan proses berpikir itu sendiri atau bagaimana ide-ide "bernapas" dan berkembang.

 * Limbah Plastik: Membawa konotasi negatif tentang pencemaran, tetapi dalam konteks seni ini bisa diartikan sebagai metafora untuk "pencemaran" pikiran oleh informasi yang berlebihan atau ide-ide yang usang.

Kemungkinan Makna Keseluruhan:

Karya ini sepertinya mengajak kita untuk merenungkan cara kita berpikir dan mencari solusi. Dengan menggunakan simbol-simbol yang kuat dan material yang provokatif, Widodo Kabutdo mungkin ingin menyoroti:

 * Beban pemikiran: Kita seringkali terbebani oleh banyak informasi dan ekspektasi.

 * Perlunya inovasi: Kita perlu melampaui cara berpikir yang sudah mapan untuk menemukan solusi baru.

 * Keterkaitan antara individu dan lingkungan: Pikiran kita dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, baik fisik maupun sosial.

Kesimpulan:

"Ulterior" adalah karya yang kompleks dan multi-interpretasi. Dengan menggabungkan elemen visual yang kuat dan tema yang relevan, Widodo Kabutdo berhasil menciptakan sebuah karya yang mengundang penonton untuk berpikir lebih dalam tentang diri mereka dan dunia di sekitar mereka.

Rabu, 16 Oktober 2024

Karya widodo kabutdo

 



Judul:Hunting

Media:ink plastik on paper plastik 

2014


Analisis Visual dan Simbolisme:

 * Sosok Manusia dengan "Otak" Kompleks: Sosok manusia yang digambarkan dengan "otak" yang berisi banyak kepala merupakan metafora yang kuat. Ini bisa diartikan sebagai representasi dari pikiran manusia modern yang dipenuhi oleh berbagai informasi, ide, dan suara yang saling bersaing.

 * Lapisan Pohon dengan Tangan: Lapisan ini bisa diinterpretasikan sebagai simbol pertumbuhan, pengetahuan, atau jaringan koneksi. Tangan-tangan yang menjulur keluar bisa melambangkan pencarian pengetahuan yang tak berujung, namun juga bisa menjadi metafora dari belenggu informasi yang membatasi pemikiran.

 * Mirip Belalai Gajah: Perbandingan dengan belalai gajah menghubungkan karya ini dengan konsep kekuatan, kebijaksanaan, dan kemampuan adaptasi. Namun, dalam konteks ini, belalai gajah mungkin juga merujuk pada "trunks" atau batang-batang plastik yang menjadi masalah lingkungan.

 * Media Plastik dan Ink Plastik: Penggunaan media ini secara langsung mengacu pada permasalahan plastik yang menjadi fokus utama karya ini. Plastik yang sering dianggap sebagai simbol kemajuan teknologi kini menjadi ancaman bagi lingkungan dan kehidupan manusia.

Makna dan Interpretasi:

Secara keseluruhan, karya ini menyuarakan keprihatinan terhadap dampak negatif dari perkembangan teknologi dan konsumsi plastik terhadap pikiran dan peradaban manusia. "Hunting" bisa diartikan sebagai upaya manusia modern untuk mencari pengetahuan dan kemajuan, namun justru terjebak dalam labirin informasi yang semakin kompleks dan mencemari pikiran.

 * Beban Pengetahuan: Banyaknya kepala di dalam "otak" bisa menggambarkan beban informasi yang harus diolah oleh manusia modern. Informasi yang berlebihan dapat menyebabkan kebingungan, stres, dan bahkan kerusakan mental.

 * Perbudakan Teknologi: Tangan-tangan yang menjulur keluar bisa diartikan sebagai ketergantungan manusia pada teknologi. Kita sering kali merasa terikat pada perangkat elektronik dan informasi digital, sehingga sulit untuk membebaskan diri dari pengaruhnya.

 * Ancaman terhadap Lingkungan: Penggunaan plastik sebagai media utama dalam karya ini adalah kritik terhadap pencemaran lingkungan akibat sampah plastik. Plastik yang sulit terurai menjadi ancaman bagi ekosistem dan kesehatan manusia.

 * Krisis Peradaban: Karya ini juga bisa dilihat sebagai refleksi terhadap krisis peradaban yang kita hadapi saat ini. Kemajuan teknologi yang pesat tidak selalu diikuti oleh peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia.

Koneksi dengan Judul "Hunting":

Judul "Hunting" bisa diinterpretasikan sebagai upaya manusia untuk mencari sesuatu yang berharga di tengah tumpukan informasi dan sampah plastik. Namun, perburuan ini seringkali sia-sia karena kita terjebak dalam lingkaran yang tak berujung.

Kesimpulan:

Karya "Hunting" karya Widodo Kabutdo adalah sebuah karya yang sangat relevan dengan isu-isu kontemporer. Melalui simbolisme yang kuat, karya ini mengajak kita untuk merenungkan dampak dari perkembangan teknologi dan konsumsi terhadap kehidupan manusia dan lingkungan. Karya ini juga menjadi pengingat bagi kita untuk lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi dan mengurangi penggunaan plastik.


Sabtu, 19 Januari 2019

KUMPARAN (lukisan tebing brown canyon)

Lukisan Tebing Brown Canyon Widodo Kabutdo



Perjalanan kesenian seniman memang kerap dimotivasi dengan ide-ide 'gila' untuk dapat menemukan spirit dalam karya yang akan dibuatnya. Seperti yang dilakukan oleh Widodo Kabutdo, seniman otodidak yang kini tinggal di Semarang setelah persinggahannya dalam berkesenian di Bali. Widodo yang sempat mengikuti test masuk STSI Bandung ini lebih sering belajar dari "perjalanan kehidupan". Merespon kondisi sosial budaya yang menurutnya perlu disikapi dalam bentuk proses berkarya, seperti halnya merespon  tebing Brown Canyon, salah satu bekas tambang galian golongan C di Rowosari, Tembalang, Semarang. Tempat yang jauh dari keramaian dan melewati tempat pembuangan sampah tersebut disiapkan sebagai tempat membuat karya yang disebutnya "Perjalanan Menuju Anugrah".


Dari awal proses berkarya di Brown Canyon ini, Widodo kerap memposting di sosial media perihal keinginannya membuat karya di bukit kapur. Dia sepertinya berusaha terbuka mengenalkan ide-idenya berjalan dan mengalir hingga mendapat respon dan dukungan dari netizen baik moril maupun materiil.


Menarik selama proses karya berlangsung, aktifitasnyayang dimulai pada pertengahan Agustus 2016  ini memancing rasa penasaran publik setelah publikasinya yang rutin dilakukan disosial media. Dia pun lantas membuat workshop lukisan dari debu untuk anak-anak kampung sekitar.


 ”Konturnya berlapis, memaknai kebesaran Tuhan yang keagungannya berlapis. Membuat jelmaan alam. Lilitan-lilitan itu bisa berupa alam, bisa pohon, bisa penjaga di sini.” Bentuk lain yang ia gambar adalah tangga tanpa pondasi. Widodo menggambarkan filosofi hidup seperti anak tangga, dan pondasi adalah keyakinan atau keimanan.  Begitu Widodo menjelaskan makna filosofi dari keindahan alam Brown Canyon dan menggugahnya membuat karya disana.


Pria kelahiran Tegal, 24 Juli 1982  ini meyakinkan bahwa proses berkaryanya tersebut merupakan proyek pribadi dan bertujuan sosial dengan harapan dapat memberi nilai ekonomi bagi masyarakat setempat. Sungguh niat dan laku seni yang mulia dari seorang seniman yang masih jauh dari 'mapan' namun mau berfikir dan berbuat untuk masyarakat.


Indonesian Art & Culture Community menempatkan karya Widodo Kabutdo sebagai karya paling spektakuler sepanjang tahun 2016 dan patut ditiru oleh seniman yang konsen pada gerakan realisme sosial. Selamat buat Widodo Kabutdo.


Source :