Pada dasarnya saya menyukai suatu
keindahan, dan selalu mengagumi keindahan dan keunikan yang terjadi di sekitar
saya maupun yang ada di alam, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Keunikan dan keindahan itu membangkitkan
rasa senang, bahagia, sedih, dan haru walaupun terkadang keindahan itu
hadir dari persoalan yang menyakitkan,
kerumitan, kekerasan dan banyak situasi lain
yang dapat kita nikmati dalam situasi yang seakan tampak tidak
menyenaangkan.Namun walaupun demikian seni memiliki cara untuk meproyeksikan
persepsi lain. semua itu bagaiana kita dapat menggubah mindset kita dan cara
memproyeksikannya.
Penciptaan karya seni ini di latar belakangi oleh pengamatan serta pengalaman
saya pribadi hasil dari interaksi terhadap lingkungan sekitar sebagai bentuk
reaksi, terhadap apa yang hadir dalam moment, peristiwa maupun pergulatan
imajinasi dalam proses berfikir saya.
Ketertarikan saya semakin besar
untuk mendalami dan mengeksplorasi
komplekstifitas plastic (objek) ketika mencoba melihat, yang
saya rasa, plastic telah memiliki
aspek atau peranan begitu akrab bahkan bisa di katakana sudah menjadi hal penting dalam ranah social, budaya, politik,
ekonomi, dan ekologi. Aspek ini menjadi potensi besar buat saya
dalam melakukan pengamatan atau sebagai riset seni, dalam kaitan mengungkap keterlibatan
persoalan diri terhadap permasalahan
atau komplekstifitas yang terjadi di lingkungan atau luar personal saya sendiri
. Sekaligus membangun pilar kebudayaan
seni sebagai daya serap masyarakat umum dalam memahami nilai-nilai
estetik melalui pencitraan karya seni. Walaupun deikian tentu perlu adanya pertimbangan
dan pandangan karakteristik lain pada
persoalan objek (sampah plastic)
yang di angkat menjadi karya seni. Tentu
secara tekhnis saya mempertimbangkan aspek matrial dari sisi pencapaian
artistik objek seni maupun matrial dari segi karakteristiknya.
Seni Rupa menjadi media saya
berekspresi dalam berinteraksi, bertujuan, membangun, menggubah dan
pengebangan. Menyadari bahwa saya memiliki kemampuan dalam mengolah unsur
bentuk dalam sebuah gambar karya
2D,3D,instalasi, maupun mempresentasikan dengan gerak tubuh sebagai reaksi
untuk merespond benda-benda temuan yang saya anggap dapat di jadikan media
komunikasi untuk menyampaikan pesan, idea tau gagasan, maupun bentuk intrupsi
melalui gubahan seni sebagai karya seni yang sarat punuh makna dan nilai.
Apa yang saya lihat dalam realita
keseharian seperti sosok Figur manusia, alam, dan benda-benda bekas sangat
menarik bagi saya untuk memaknai pertemuan semua itu sebagai gambaran dinamika kehidupan, adanya ekosistem
dan siklus kehidupan, kelahiran dan kematian, makhluk hidup dan benda mati,
yang berada dalam potensi besar pada kerangka imajinasi yang sama. Objek dalam
kerangka imajinasi itu menstimulus/rangsangan diri saya yang selanjutnya
menangkap suatu makna dan menjadi proses berfikir baik secara acak yang terus
berkelanjutan yang menjadi pengalaman pribadiLimbah plastic menjadi mesia dasar
saya berekspresi untuk menyampaikan pesan dalam sebuah karya seni. Tak ada
alasan lain dan tujuan tertentu yaitu sebagai penunjang untuk mencapai nilai
estetik dari sebuah karya seni yang saya
buat, dalam menghadirkan kembali ingatan, pengalaman, dan peristiwa kita baik
pribadi maupun yang kita alami bersama.
Adanya harapan mewujudkan nilai estetika
“baru” melalui kemunculan kembali barang bekas (kantong plastic) maupun benda lainnya yang telah akrab pada
diri manusia kini dan sebelumnya, namun
belum mendapat kedudukan lebih mulia sebagai barang seni agar
“bernilai tinggi”.Menurut saya hal itu
sangat menarik untuk di jadikan sebagai catatan penting bagi sejarah, hubungan
antara manusia dan benda-benda hasil produktifitasnya sebagai penanda (artefak)
perkembangan intelektual manusia dan teknologi di masa peradabaanya . Lalu gambar
pada karya saya hadirkan sebagai ekspresi dalam kekayaan imajinasi sebagai
bentuk interpretasi diri melalui ide atau gagasan maupun sikap intrupsi diri pada kelanjutan
sejarahnya dalam menanggapi kekinian.
Manusia, alam dan alam benda-benda
imatrial (alam imajinasi)hadir mendoninasi sebagai objek pada karya-karya
saya.Kehadirannya tentu tidak semerta-merta muncul dan terangkai secara apik
dan berurutan menjadi sebuah cerita atau ilustrasi begitu saja. Hal ini
tentunya adanya proses kontemplasi, dan pengamatan saya terhadap persoalan-persoalan
baik yang ada di dalam diri sendiri maupun di luar diri saya. Tema yang saya
angkat kedalam sebuah karya kebanyakan saya ambil dan bertutur apa yang sedang terjadi pada persoalan diri
yang tentunya ada dampak dari situasi
yang terjadi pada persoalan- persoalan seperti lingkungan, social,
politik,budaya dll, yang membenturkan masuk dalam situasi tersebut.Dan itu
menjadi satu bagian motif sebuah ide yang saya gambarkan melalui potret diri,
symbol alam, dll dalam mengungkapkan kisah-kisah, gagasan, pemikiran, maupun
adanya motif lain dalam membangun kontrusi diri melalui potongan (Fragmen) ide,
seperti rekontruksi gagasan diri sendiri (menceritakan persoalan diri dalam
kerumitan logika,alam pikiran,dan spiritualitas), ironisme tentang alam,
evolusi dan populasi, ekosistem, siklus…dll. Dalam hal ini saya tidak berhenti
dalam satu tema tertentu dalam mengeksplorasi sebuah karya untuk mencari keabu
abuan sumber dari ilmu pengetahuan itu sendiri.
2005 adalah awal pertamakali saya
bereksperiment melukis dengan menggunakan media plastic kresek namun sempat
berhenti hampir 5 tahun, merasa frustasi
karna memang sangat sulit untuk dapat melukis di atas media plastic, tentu
banyak kendala yang saya hadapi. Sampai kembali melukis di atas kertas, kanvas
dll. Sepertinya memang tidak tepat untuk
menerapkan tekhnik yang sudah saya dapat dari pengalaman gambar dan
melukis di kanvas kertas dll.Ada tantangan baru untuk bisa merealisasikan itu
semua, terpaksa saya harus kembali mencari tekhnik dan mempelajari objek
kembali agar dapat di olah jika di terapkan saat menggambar dan melukis di atas
plastic, “ cukup beresiko untuk melakukan eksperimens plastic langsung, karena
kegagalannya tidak bisa di abadikan dalam bentuk artefak, sama seperti pada
proses sebelumnya” alhasil saya tidak memiliki karya dalam media plastic dari
karya 2005-2010.Namun kini saya sudah menemukan tekhnik untuk dapat menguasai
matrial ink plastic sebagai media untuk saya menggambar bukan untuk painting (melukis). Dan peratalan lain
yang mendukung adalah pen bamboo, kuas, tissue, minyak tinta.
Secara teknik mengnggambar di atas plastic hampir sama
dengan menggunakan cat air, karna sifatnya yang sama yaitu cair, namun tentu
banyak skali berbedaannya karna untuk saya menggambar di atas plastic, media
yang saya gunakan besiknya minyak. Namun secara keseluruhan saya memasukan
gabungan dari beberapa teknik yaitu
dengan menyiramkan cairan/tinta di atas membanjiri seluruh permukaan plastic,
hal itu saya lakukan untuk membuat bagian warna sebagai lapisan bidang warna
positip sekaligus menjadi warna latar, setelah itu saya menuangkan gambar
atau”design”dengan melapisi atau menumpuk sebagai bagian atau lapisan warna
positip ke 2, lalu ada bagian tertentu pada objek hadirsebagai garis maupun
bidang dengan teknik mengangkat kembali warna atau lapisan warna positipnya
untuk memunculkan warna negative (memunculkan warna dasar plastic), seperti
melakukan teknik cukil dalam membuat master negative pada seni grafis.
Aspek komposisi yang saya terapkan
adalah mengkomposisikan antara bidang-bidang warna dan garis objek untuk
menentukan perpaduan kedalaman perfektif warna pada gelap terang atau
level kontras dan kedalaman ruang datar. Serta mepertahankan efek kerutan, bekas
lipatan,yang muncul pada seluruh permukaan bidang plastic yang di pertegas oleh
pantulan cahaya, sehingga kehadirannya tampak seperti tekstur yang memperkuat
karakter dari sifat plastic dan menambah nilai artistic pada sebuah karya.
Objek figure dan alam dan benda saya
gambarkan secara abtraksi dan ekspresif
yang saya kembangkan sendiri berdasarkan pengalaman teknis dan
kenyamanan sebagai gaya dan bahasa ungkap.
media; ink -Plastic bags (kantong kresek)- cuting artwork-hotpres-2013-2014
by w i d o d o k a b u t d o
REVERSE (per-)caption
karya ini menegaskan ke
subjektifitas audience, yaitu multi perception pada bipolar visual..(dwi kutub)
diharapkan melalui penggambaran
simbol secara acak yang hadir mendominasi ruang fikiran audience sehingga secara
reflek memicu pada proses acak dalam membangun nilai yang sebelumnya ada pada
fikiran yang menjadi motive/pola pikir di hancurkan untuk menjadi “peta pikir”
yang baru. Seperti simulasi aksi yang di lakukan (di luar kebiasaan) ….terus
berulang hingga menjadi kebiasaan (pola pikir baru) yang akan mempengaruhi
sebagai kontrol psikologi ”watak”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar