Berbicara masalah budaya Bali, tidak akan pernah terlepas dari agama
Hindu yang dianut mayoritas masyarakat Bali. Dalam suatu konsep agama Hindu
dalam mempersiapkan sarana persembahyangan, yang antara lain : air, api, bunga,
buah, daun. Dalam budaya Bali, konsep ini kemudian dipraktekkan dalam wujud seni.Salah
satunya adalah keanekaragaman bentuk sesajen.
Canang berasal dari dua suku
kata “Ca” yang berarti indah dan “Nang” yang diartikan sebagai tujuan yang
dimaksud sesuai dengan kamus Kawi/JawaKuno (Sudarsana,
2010:1). Sari berarti inti atau sumber.
Dengan demikian maksud dan tujuan canang adalah
sebagai saran bahasa Weda untuk memohon keindahan kekuatanWidya kehadapan
Ida Sang HyangWidhiWasa beserta Prabhawa (manifestasi) Nya secara skala
maupun niskala.
Keanekaragaman warna, bentuk, fungsi dan makna,
yang tentu tak lepas dari makna filosofisnya.Begitu pula dengan seni
(manifstasi-nya) begitu besarnya dalam menggubah keanekaragaman dari sumberdaya
Alam, Manusia dan Budaya.
Dalam karya “canang” ini saya membuat karya
kolase dari benda yang saya temui sehari-hari dari kehidupan dan lingkungan di sekitar saya.
Walaupun demikian mengingat bahwa plastic kresek menjadi kebutuhan yang sangat lekat
/bahkan bisa di katakana penting bagi masyarakat modern.Begitu juga dengan “Canang” bagi masyarakat Bali “Canang”adalah persembahan
paling inti dalam upacara (sembahyang). Begitu pula Kresek dalam kehidupan masyarakat
modern seolah menjadi bagian dari ritus, bagi masyarakat budaya konsumerisme
pada masa kini.
Karya seni
yang saya buat adalah bentuk keprihatinan saya terhadap lingkungan khususnya
Bali pada konteks budaya kekinian. Seakan ada harapan bagi kemunculan sebuah
karya seni sebagai reaksi untuk bertindak
dalam membangun konstruksi maupun merekonstruksi wajah maupun prilaku
pada budaya sehari-hari masyarakat kini. Seperti apa yang tersuratkan dari
konsep pada makna yang terkandung pada porosan yang menjadi bagian dari
komponen canang ini.
Porosan terbuat
dari daun sirih, kapur/pamor, dan jambe atau gambir sebagai lambang/nyasa
Tri-Premana, Bayu, Sabda, dan Idep. Daun sirih sebagai lambang warna hitam
sebagai nyasa Bhatara Visnu, dalam bentuk tri-premana sebagai lambang/nyasa
dari Sabda (perkataan), Jambe/Gambir sebagai nyasa Bhatara Brahma, dalam bentuk
Tri-premana sebagai lambang/nyasa Bayu (perbuatan), Kapur/Pamor sebagai
lambang/nyasa Bhatara Iswara, dalam bentuk Tri-premana sebagai lambang/nyasa
Idep (pikiran). Suatu kehidupan tanpa dibarengi dengan Tri-premana dan Tri
Kaya, suatu kehidupan tiadalah artinya, hidup ini akan pasif, karena dari
adanya Tri-premana dan Tri Kaya itulah kita bisa memiliki suatu aktivitas,
tanpa kita memiliki suatu aktivitas kita tidak akan dapat menghadapi badan ini.
Suatu aktivitas akan terwujud karena adanya Tri-Premana ataupun Tri-kaya.
Dalam karya seri canang
ini, saya bekerja secara spontan untuk membuat komposisi bentuk dan warna, yang
saya gambarkan sebagaimana komponen canang.Secara intuitif saya memilih kresek warna
dominan hitam dan putih sebagaimana di simbolkan yang terdapat pada komposisi/komponen
pada porosan.begitu juga dengan komposisi
yang saya buat secara abstraksi pada tiap panel, yang menjadi bagian fragmen pada
replika komponen-komponen canang. Karya ini saya presentasikan dalam gabungan
beberapa media seni instalasi drawing dan proyektor, dimana pada karya kolase
kresek saya display dalam komposisi berjajar ….panel berada dalam satu dinding
penuh yang saya proyeksi dengan timeline image karya drawing berlatar tumpukan
canang adapun beberapa teks yang saya kutip dari Gita IX.26 (patram puspam
plalam toyam yo me bhatya prayacchati tat aham bhakty-upahrtam asnami
prayatatmanah. Yang artinya: siapapun yang dengan sujud bhakti kehadapan-Ku mempersembahkan
sehelai daun, sebiji buah-buahan,seteguk air, aku terima sebagai bhakti
persembahan dari orang yang berhati suci), dan masih dalam satu partisi ruangan
di hadirkan karya instalasi drawing yang terbuat dari lempengan papan kira kira
berukuran T25cm L2m P3m yang di bungkus kertas putih bergaris kotak-kotak dan
beberapa element karya lain yang menandai sebagai interpretasi rekonstruksi
budaya membuang canang di dalam plastik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar