Kamis, 13 November 2014






    Berbicara masalah budaya Bali, tidak akan pernah terlepas dari agama Hindu yang dianut mayoritas masyarakat Bali. Dalam suatu konsep agama Hindu dalam mempersiapkan sarana persembahyangan, yang antara lain : air, api, bunga, buah, daun. Dalam budaya Bali, konsep ini kemudian dipraktekkan dalam wujud seni.Salah satunya adalah keanekaragaman bentuk sesajen.

    Canang  berasal dari dua suku kata “Ca” yang berarti indah dan “Nang” yang diartikan sebagai tujuan yang dimaksud sesuai dengan kamus Kawi/JawaKuno (Sudarsana, 2010:1). Sari berarti inti atau sumber.
    Dengan demikian maksud dan tujuan canang adalah sebagai saran bahasa Weda untuk memohon keindahan  kekuatanWidya kehadapan Ida Sang HyangWidhiWasa  beserta Prabhawa (manifestasi) Nya secara skala maupun niskala. 

    Keanekaragaman warna, bentuk, fungsi dan makna, yang tentu tak lepas dari makna filosofisnya.Begitu pula dengan seni (manifstasi-nya) begitu besarnya dalam menggubah keanekaragaman dari sumberdaya Alam, Manusia dan Budaya.

    Dalam karya “canang” ini saya membuat karya kolase dari benda yang saya temui sehari-hari dari  kehidupan dan lingkungan di sekitar saya. Walaupun demikian mengingat bahwa plastic kresek menjadi kebutuhan yang sangat lekat /bahkan bisa di katakana penting bagi masyarakat modern.Begitu juga dengan  “Canang” bagi masyarakat Bali “Canang”adalah persembahan paling inti dalam upacara (sembahyang). Begitu pula Kresek dalam kehidupan masyarakat modern seolah menjadi bagian dari ritus, bagi masyarakat budaya konsumerisme pada masa kini.       
    Karya seni yang saya buat adalah bentuk keprihatinan saya terhadap lingkungan khususnya Bali pada konteks budaya kekinian. Seakan ada harapan bagi kemunculan sebuah karya seni sebagai reaksi untuk bertindak  dalam membangun konstruksi maupun merekonstruksi wajah maupun prilaku pada budaya sehari-hari masyarakat kini. Seperti apa yang tersuratkan dari konsep pada makna yang terkandung pada porosan yang menjadi bagian dari komponen canang ini.


     Porosan terbuat dari daun sirih, kapur/pamor, dan jambe atau gambir sebagai lambang/nyasa Tri-Premana, Bayu, Sabda, dan Idep. Daun sirih sebagai lambang warna hitam sebagai nyasa Bhatara Visnu, dalam bentuk tri-premana sebagai lambang/nyasa dari Sabda (perkataan), Jambe/Gambir sebagai nyasa Bhatara Brahma, dalam bentuk Tri-premana sebagai lambang/nyasa Bayu (perbuatan), Kapur/Pamor sebagai lambang/nyasa Bhatara Iswara, dalam bentuk Tri-premana sebagai lambang/nyasa Idep (pikiran). Suatu kehidupan tanpa dibarengi dengan Tri-premana dan Tri Kaya, suatu kehidupan tiadalah artinya, hidup ini akan pasif, karena dari adanya Tri-premana dan Tri Kaya itulah kita bisa memiliki suatu aktivitas, tanpa kita memiliki suatu aktivitas kita tidak akan dapat menghadapi badan ini. Suatu aktivitas akan terwujud karena adanya Tri-Premana ataupun Tri-kaya.

     Dalam karya seri canang ini, saya bekerja secara spontan untuk membuat komposisi bentuk dan warna, yang saya gambarkan sebagaimana komponen canang.Secara intuitif saya memilih kresek warna dominan hitam dan putih sebagaimana di simbolkan yang terdapat pada komposisi/komponen pada porosan.begitu juga dengan komposisi yang saya buat secara abstraksi pada tiap panel, yang menjadi bagian fragmen pada replika komponen-komponen canang. Karya ini saya presentasikan dalam gabungan beberapa media seni instalasi drawing dan proyektor, dimana pada karya kolase kresek saya display dalam komposisi berjajar ….panel berada dalam satu dinding penuh yang saya proyeksi dengan timeline image karya drawing berlatar tumpukan canang adapun beberapa teks yang saya kutip dari Gita IX.26 (patram puspam plalam toyam yo me bhatya prayacchati tat aham bhakty-upahrtam asnami prayatatmanah. Yang artinya: siapapun yang dengan sujud bhakti kehadapan-Ku mempersembahkan sehelai daun, sebiji buah-buahan,seteguk air, aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci), dan masih dalam satu partisi ruangan di hadirkan karya instalasi drawing yang terbuat dari lempengan papan kira kira berukuran T25cm L2m P3m yang di bungkus kertas putih bergaris kotak-kotak dan beberapa element karya lain yang menandai sebagai interpretasi rekonstruksi budaya membuang canang di dalam plastik.

                    







Tidak ada komentar:

Posting Komentar