Laman

Press

http://sandiasma.wordpress.com/2010/12/12/%E2%80%9Dbahasa-yang-tersembunyi%E2%80%9D/

 

”bahasa yang tersembunyi”

Simbol Matematika dalam karya” Sabda Bumi “…oleh Widodo Kabutdo
”bahasa yang tersembunyi”
Dalam karyanya kini,Widodo telah menerjemahkan karya Lukisanya kini menjelma menjadi bentuk yang sangat comfortable ,hanya dengan ukuran A4 sang perupa ini membuat lukisan menjadi bentuk cartografis,merekam bahasa alam yang tersembunyi dalam kerangka sudut pandang yang Plural,sentuhan tangan dan  tehnik Stensil menggambarkan pergerakan estetis.Tiap gambar yang muncul  menggambarkan paparan bumi dan seisinya sebagai poros yang bergerak secara dinamis,baik bentuk lingkaran,gambar manusia ,segi bangun ruang……





Perupa ini menerjemahkan karyanya dalam ruang yang sangat specific,ketika itu di buat dalam ruang kosong kertas berukuran A4 bertutur isi bumi-manusia dan eksistensinya, dengan pilihan warna yang memaparkan isi imajinatif tentang tangkapan rekaman dari setiap peristiwa yang terjadi  dalam pengamatan beliau,dan rekaman tersebut tidak diterjemahkan dalam ruang yang sempit,namun lebih auditif dan menjadi berulang ketika gambar tersebut di rekam dalam gambar berikutnya dengan media yang sama,…terus dan terus berulang….. hingga gambar tersebut digenapkan oleh rekaman yang terhenti disaat perupa itu berkata “cukup untuk hari ini” , namun ”bukan cukup untuk karya ini”.
Ketika itu berulang dalam jumlah puluhan dan perupa ini menyusun dalam bentuk segi bangun yang tersendiri maka secara kebetulan penulis melihat ada symbol-simbol dari beberapa gambar yang sangat jelas,tidak menjadi kurva namun menjadi simetris yang teratur ,ada logika matematis penyusunan yang teratur,ada ruang geometris yang memotong sumbu dari keseluruhan gambar, yang disusun dengan aturan yang tersusun seperti adanya, penulis melihat ada sistem perhitungan deret matematika.




Maka jelaslah gambar-gambar ini menjadi lukisan yang memberikan arti tersendiri .Penulis melihat satu gambar bertutur suatu cerita namun ketika disusun oleh Sang Perupa maka berceritalah karya ini sebagai lukisan “Sabda Bumi” . Dalam satu kesempatan ( Minggu,31 Oktober 2010) Undangan senjalogi dari Komunitas Taman Kota di Pendopo Galeri Jeihan,Padasuka-Bandung. Widodo menampilkan “Sabda Bumi” sebagai karya Seni yang utuh dalam satu sajian Pentas secara Teatrikal.Penulis berfikir dan barulah cerita itu tergambar oleh penulis, sebagai bahan kontemplasi bagi penulis bahwa melihat tiap gambar yang terwakili adalah suatu kisah yang bertutur,namun ketika gambar-gambar tersebut oleh penulis dilihat dan disusun secara geometris ( Segitiga Sama Sisi .red)  maka kodefikasi itu nampak jelas sebagai karya lukisan yang terintegrasi-utuh , tidak terpisah dari dan diantara tiap gambar-gambar tersebut,bagi penulis sungguh unik.
Seperti dalam Mikroskop membaca amuba dalam setetes air kotor, seperti dalam teleskop Hubble memandang bumi dari kaki langit yang gelap, dan karya ini seperti kita lihat dalam ruang mikro namun bertutur ketika itu menjadi ruang baca seperti makro. Maka berlakulah hukum mikrokosmos dan hukum Makrokosmos sebagai satu keseimbangan dalam detik dan waktu yang bersamaan , tak ada yang terpisah dari setiap gambar dengan kertas ukuran A4 ini , ketika semua terlihat dengan sudut perspektif maka semuanya menjadi ruang geometris lukisan dari setiap gambar yang tersusun dihadapannya.
Ya,sebagai penikmat karya Seni lukis..saya mengamati ini sebagai karya yang cukup ramah….apalah arti seorang penikmat Karya Seni seperti saya ini dibandingkan dengan karya yang digoreskan pada lukisan ini,yang secara kebetulan melakukan pembacaan peta displin ilmu saya…
Soetrama

 

 

 

Indonesian Translate

Wawancara: Widodo Kabutdo 

http://indonesianartculture.org/column/?h=detail_col&id=Wawancara:%20Widodo%20Kabutdo 

http://indonesianartculture.org

16 November 2013 ditulis oleh: admin



Berikut hasil wawancara via email dengan seniman yang konsen terhadap persoalan sampah plastik, Widodo Kabutdo.

1.Melihat karya-karya anda sekarang sangat menarik dengan memanfaatkan sampah plastik kresek. Sejak kapan anda melakukannya? Apa yang menginspirasi anda?
Disasters of Art adalah project pertama saya kerja dengan media plastik (kresek). Trial error menjadi sebuah pengalaman berarti hingga sampai sekarang ini. Pada 2005 menjadi moment berharga, sebagai peristiwa yang menginspirasi dimana terjadi sebuah bencana tsunami besar di daerah Pangandaran Jawa Barat, yang telah meluluh lantahkan rumah perkampungan dan hingga menjadi peristiwa tragis bagi masyarakat sekitarnya, terutama berdampak besar pada kejiwaan yang menjadi traumatik pada ratusan anak. Saya rasa apa yang terjadi di lingkungan sekitar saya, bisa menginspirasi saya.

2.Bagaimana apreasiasi masyarakat semenjak anda menggunakan sampah plastik dalam karya-karya anda?
Pada umumnya masyarakat awam masih merasa asing saat melihat sebuah karya seni di luar media yang biasa mereka lihat (konvensional) terutama di daerah pesisir yang berlokasi jauh dari hiruk pikuk peristiwa seni dan budaya seperti di kota-kota berkembang. Walaupun demikian ketika saya mencoba menginteraksikan karya seni saya dengan masyarakat, terutama seperti melalui media cetak surat kabar, media televisi, media sosial internet, pameran, dan kegiatan workshop, saya melihat begitu besar ketertarikan masyarakat untuk mengapresiasi karya seni yang saya buat, baik masyarakat seni maupun masyarakat awam, dari berbagai usia, profesi, maupun golongan masyarakat yang lain.

3.Sebagai seniman dengan konsep ”menggunakan kembali” sampah plastik tentu saja mempunyai hambatan. Apa hambatan yang anda temukan dalam proses berkarya?
Berkarya bagi saya tidak hanya pada persoalan teknis bagaimana membuat sebuah karya seni yang indah (artistik) atau enak di lihat. Namun hal lain dari itu, upaya bagaimana mensosialisasikan praktek kerja seni bisa berinteraksi dengan masyarakat luas untuk dapat menggugah kesadaran baik secara moril maupun materiil. Dengan harapan dapat memiliki dampak atau menumbuhkan estetika budaya dan dampak perekonomian serta meningkatkan kesadaran intelektual masyarakat melalui sebuah pengamatan atau melalui pendidikan seni. Namun dengan segala harapan itu semua tentu tidaklah mudah bagi seorang seniman, dimana peristiwa kesenian macam ini seringkali tidak bisa menjangkau publik atau bahkan tidak bisa terlaksana sama sekali saat pada praktek seni itu membutuhkan dana atau dukungan lainnya yang dapat menunjang peristiwa kebudayaan yang hendak masyarakat dan seniman lakukan melalui media seninya.

Saya rasa semua seniman pernah mengalami hambatan dalam proses berkarya, namun dalam seni yang saya kerjakan saat ini, saya menemukan ada sedikit perbedaan dibanding mengerjakan dengan media konvensional seperti yang pernah saya buat sebelumnya, terutama pada proses dan konsep artinya sebelum saya membuat suatu design seringkali saya melakukan eksperimen berkali-kali pada satu material bahan pokok yang mau di pakai. Yang saya maksudkan misalnya satu kresek saya olah hingga menjadi sesuatu yang memunculkan karakteristik berbeda-beda sesuai dengan design yang hendak kita inginkan, lalu mempertimbangkan design secara teknis untuk pensiasatan kebutuhan display, hingga mempertimbangkan atau konsep hidang yang hendak disajikan kepada audiens. Dari mencuci-berkreasi –berekspresi- dan berkomunikasi.

4.Saat ini sedang ramai dikampanyekan tentang penyelamatan lingkungan. Apakah karya-karya anda menjadi bagian dari itu? Jika bukan, apa yang ingin anda sampaikan kepada publik?
Mau tidak mau saya tidak bisa lepas dari kebanyakan statemen itu, karena ketika mereka melihat material secara (objektif) material yang saya pakai adalah limbah (sampah) plastik bahkan terkadang saya menggunakan plastik baru yang saya beli dari toko, Dengan pertimbangan persepsi maka tentu orang akan memetakan asumsinya secara steorotip. Namun bagi saya tidaklah menutup kemungkinan bahwa saya memiliki pemikiran atau alasan lain atau bahkan mungkin karya saya sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyelamatan lingkungan ”seni adalah bentuk kreatifitas manusia dalam mereproduksi”.

Dengan itu ketika seni hadir pada sosial masyarakat, seolah seni berdiri sendiri tanpa harus menerobos disiplin ilmu lingkungan meskipun perannya sangat memungkinkan.

Saya hanya ingin bagaimana masyarakat dapat mengenal seni atau bahkan menjadi pelaku seni ketika hadir pada lingkungannya. Mereka bisa memilih untuk menjalaninya sesuai kepentingan sosial di sekitarnya yang artinya, memungkinkan mereka untuk menjadi seniman yang peduli lingkungan atau bahkan mereka menjadi aktifis lingkungan tanpa harus berkesenian atau menciptakan barang-barang seni sebagai bentuk tindakan penyelamatan lingkungan.

5.Adakah keinginan untuk menularkan apa yang anda lakukan? Terutama kepada generasi muda?
Ya saya rasa itu perlu. Karna apa yang saya lakukan, saya peroleh dari kita semua dan mereka, untuk generasi setelah mereka. Jadi menurut saya apa yang sudah saya perbuat dengan kesenian harus “dikembalikan” kepada mereka diluar sana melalui sesuatu yang sudah tertransformasi ke dalam bentuk seni rupa sebagai pengamatan dialektika sosial dan budaya melalui karakteristik individu masing-masing.

English Translate

Interview: Widodo Kabutdo

 http://indonesianartculture.org

16 November 2013 written by: admin



1.See your works now very interesting by making use of plastic garbage crackle. Since when did you do that? What inspire you?
Disasters of Art is the first project I work with plastic media (crackle). Trial error into a meaningful experience up until now. In 2005 a precious moment, as the event that inspired a disaster occurs where large areas tsunami Pangandaran in West Java, which has had a home village and Indonesian to be tragic events for the surrounding community, especially the major impact on the psychological traumatic on hundreds of children. I think what is happening in the environment around me, could inspire me.

2.How appreciation of the community since you use plastic garbage in the works of you?
A lay society in general still feel strange when viewing a work of art outside their usual media view (conventional) mainly in the coastal regions that are located away from the bustle of the arts and cultural events, such as in developing cities. However when I tried to interact my art work with the society, such as through print media, especially newspapers, television media, a social media internet, exhibitions, workshops and activities, I saw such a huge attraction for society to appreciate the artwork that I have created, both the arts society and the lay society, of different ages, professions, and other community groups.

3.As an artist with the concept of “reusing” plastic garbage of course had some obstacles. What are the obstacles that you find in the process work?
Making works for me not only on the technical issues of how to make a beautiful piece of art (artistic) or taste in view. But other than that, how can art work practice promotes interaction with the wider people to be able to arouse the awareness of the moral or material.With the hope of having an impact or cultivate the aesthetic culture and the impact of the economy as well as raise awareness of the intellectual property people through an observation or through arts education. But with all hope it all of course it is not easy for an artist, this kind of art event which often refuses to reach out to the public or even can not be implemented at all times on art practices that need funding or other support to cultural events to support the society and the artists are doing through the medium of their art.

I think all the artists have experienced barriers in the process of work in the arts, but in the art that i worked on this time, I found there was little difference compared to conventional media such as I made before, especially on the process and concept that is before I make a design often I experiment many times on one staple material in which you want to use. I mean for example one of crackle to the point of degrading characteristics varies according to the design shall we want, then consider a technical design for display needs to consider the concept of a field of ripening or given to an audience. From wash-expression-create and communicate.

4.Currently many campaigned about the rescue of the environment. Do your works become part of it? If not, what you want to convey to the public?
Inevitably I could not escape from it, because the statement mostly when they saw the material is (objectively) material that I use is waste (garbage) I sometimes even use plastic new plastic which I bought from the store, with consideration of perception then of course society will chart the assumption is steorotip. But for me it is not closing the possibility that I have thought or other reasons or maybe even my work there is absolutely nothing to do with environmental rescue “art is a form of human creativity in reproducing”.

With it when art is present on the social society, art seems to stand on its own without having to break through the discipline of environmental science even though her role is very possible.

I just want to how society can get to know the art or even become perpetrators of art when it is present in the environment. They can choose to live it according to the interests of the surrounding social meaning, allowing them to become artists who care about the environment or even they become environmental activists without artistic activity or creating art as a form of environmental rescue actions.

5.Is there a desire to transmit what you do? Especially to the younger generation?
Yes I think it's necessary. Because what i did, I get from all of us and them, for generations after them. So I think what I've done with the arts must be “returned” through something out there that's been transformed into a form of art as dialectic social and cultural observations through the individual characteristics of each.



















2 komentar: