Laman

Sabtu, 11 Oktober 2014


Wawancara: Widodo Kabutdo  

http://indonesianartculture.org/column/?h=detail_col&id=Wawancara:%20Widodo%20Kabutdo http://indonesianartculture.org

16 November 2013 ditulis oleh: admin



Berikut hasil wawancara via email dengan seniman yang konsen terhadap persoalan sampah plastik, Widodo Kabutdo.

1.Melihat karya-karya anda sekarang sangat menarik dengan memanfaatkan sampah plastik kresek. Sejak kapan anda melakukannya? Apa yang menginspirasi anda?
Disasters of Art adalah project pertama saya kerja dengan media plastik (kresek). Trial error menjadi sebuah pengalaman berarti hingga sampai sekarang ini. Pada 2005 menjadi moment berharga, sebagai peristiwa yang menginspirasi dimana terjadi sebuah bencana tsunami besar di daerah Pangandaran Jawa Barat, yang telah meluluh lantahkan rumah perkampungan dan hingga menjadi peristiwa tragis bagi masyarakat sekitarnya, terutama berdampak besar pada kejiwaan yang menjadi traumatik pada ratusan anak. Saya rasa apa yang terjadi di lingkungan sekitar saya, bisa menginspirasi saya.

2.Bagaimana apreasiasi masyarakat semenjak anda menggunakan sampah plastik dalam karya-karya anda?
Pada umumnya masyarakat awam masih merasa asing saat melihat sebuah karya seni di luar media yang biasa mereka lihat (konvensional) terutama di daerah pesisir yang berlokasi jauh dari hiruk pikuk peristiwa seni dan budaya seperti di kota-kota berkembang. Walaupun demikian ketika saya mencoba menginteraksikan karya seni saya dengan masyarakat, terutama seperti melalui media cetak surat kabar, media televisi, media sosial internet, pameran, dan kegiatan workshop, saya melihat begitu besar ketertarikan masyarakat untuk mengapresiasi karya seni yang saya buat, baik masyarakat seni maupun masyarakat awam, dari berbagai usia, profesi, maupun golongan masyarakat yang lain.

3.Sebagai seniman dengan konsep ”menggunakan kembali” sampah plastik tentu saja mempunyai hambatan. Apa hambatan yang anda temukan dalam proses berkarya?
Berkarya bagi saya tidak hanya pada persoalan teknis bagaimana membuat sebuah karya seni yang indah (artistik) atau enak di lihat. Namun hal lain dari itu, upaya bagaimana mensosialisasikan praktek kerja seni bisa berinteraksi dengan masyarakat luas untuk dapat menggugah kesadaran baik secara moril maupun materiil. Dengan harapan dapat memiliki dampak atau menumbuhkan estetika budaya dan dampak perekonomian serta meningkatkan kesadaran intelektual masyarakat melalui sebuah pengamatan atau melalui pendidikan seni. Namun dengan segala harapan itu semua tentu tidaklah mudah bagi seorang seniman, dimana peristiwa kesenian macam ini seringkali tidak bisa menjangkau publik atau bahkan tidak bisa terlaksana sama sekali saat pada praktek seni itu membutuhkan dana atau dukungan lainnya yang dapat menunjang peristiwa kebudayaan yang hendak masyarakat dan seniman lakukan melalui media seninya.

Saya rasa semua seniman pernah mengalami hambatan dalam proses berkarya, namun dalam seni yang saya kerjakan saat ini, saya menemukan ada sedikit perbedaan dibanding mengerjakan dengan media konvensional seperti yang pernah saya buat sebelumnya, terutama pada proses dan konsep artinya sebelum saya membuat suatu design seringkali saya melakukan eksperimen berkali-kali pada satu material bahan pokok yang mau di pakai. Yang saya maksudkan misalnya satu kresek saya olah hingga menjadi sesuatu yang memunculkan karakteristik berbeda-beda sesuai dengan design yang hendak kita inginkan, lalu mempertimbangkan design secara teknis untuk pensiasatan kebutuhan display, hingga mempertimbangkan atau konsep hidang yang hendak disajikan kepada audiens. Dari mencuci-berkreasi –berekspresi- dan berkomunikasi.

4.Saat ini sedang ramai dikampanyekan tentang penyelamatan lingkungan. Apakah karya-karya anda menjadi bagian dari itu? Jika bukan, apa yang ingin anda sampaikan kepada publik?
Mau tidak mau saya tidak bisa lepas dari kebanyakan statemen itu, karena ketika mereka melihat material secara (objektif) material yang saya pakai adalah limbah (sampah) plastik bahkan terkadang saya menggunakan plastik baru yang saya beli dari toko, Dengan pertimbangan persepsi maka tentu orang akan memetakan asumsinya secara steorotip. Namun bagi saya tidaklah menutup kemungkinan bahwa saya memiliki pemikiran atau alasan lain atau bahkan mungkin karya saya sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyelamatan lingkungan ”seni adalah bentuk kreatifitas manusia dalam mereproduksi”.

Dengan itu ketika seni hadir pada sosial masyarakat, seolah seni berdiri sendiri tanpa harus menerobos disiplin ilmu lingkungan meskipun perannya sangat memungkinkan.

Saya hanya ingin bagaimana masyarakat dapat mengenal seni atau bahkan menjadi pelaku seni ketika hadir pada lingkungannya. Mereka bisa memilih untuk menjalaninya sesuai kepentingan sosial di sekitarnya yang artinya, memungkinkan mereka untuk menjadi seniman yang peduli lingkungan atau bahkan mereka menjadi aktifis lingkungan tanpa harus berkesenian atau menciptakan barang-barang seni sebagai bentuk tindakan penyelamatan lingkungan.

5.Adakah keinginan untuk menularkan apa yang anda lakukan? Terutama kepada generasi muda?
Ya saya rasa itu perlu. Karna apa yang saya lakukan, saya peroleh dari kita semua dan mereka, untuk generasi setelah mereka. Jadi menurut saya apa yang sudah saya perbuat dengan kesenian harus “dikembalikan” kepada mereka diluar sana melalui sesuatu yang sudah tertransformasi ke dalam bentuk seni rupa sebagai pengamatan dialektika sosial dan budaya melalui karakteristik individu masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar